Saatnya menuntaskan tugas, Garuda!
Oleh Agung Harsya
Indonesia pun lolos ke final dengan rekor menterang: selalu menang dalam lima pertandingan yang sudah dimainkan dan selalu pula mencetak gol. Selain itu, Indonesia juga membukukan rekor mencetak gol terbaik dalam turnamen: 15 gol; serta kebobolan gol paling sedikit: dua gol. Tinggal yang kurang adalah gelar juara Piala AFF yang sudah diidam-idamkan sejak turnamen mulai bergulir 14 tahun silam.
Namun, yang harus dicatat adalah penyelenggaraan turnamen ini di Jakarta. Satu hari sebelum laga semi-final kedua melawan Singapura digelar, ribuan calon penonton berlaku anarkis karena kecewa mendapati loket tiket pertandingan tidak ditutup. Pengelolaan tiket oleh Local Organizing Committee (LOC) harus dipertanyakan karena seakan tidak belajar dari pengalaman menggelar Piala Asia tiga tahun lalu. Calon penonton dapat ditenangkan setelah dijanjikan prioritas membeli tiket.
Ternyata, kejadian tersebut hanya awal dari pekerjaan besar bagi LOC saat hari pertandingan. Suasana sekitar Stadion Gelora Bung Karno Senayan sungguh luar biasa menjelang kick-off. Sejak pukul empat sore penonton mulai memadati Jalan Pintu Satu Senayan. Suasana hiruk pikuk lebih terasa di ring satu Stadion. Kepadatan yang terasa lebih riuh dan tidak teratur jika dibandingkan dengan hari pertandingan sebelumnya. Bayangkan, akses bis tim yang seharusnya steril malah terhalang kendaraan saat memasuki area Stadion.
Ketika pertandingan dimulai, ternyata bangku yang tersedia di stadion tak lagi sanggup menampung penonton. Gang antar bangku dipenuhi mereka yang berdiri berdesakan. Wartawan pun akhirnya harus ikhlas berbagi tempat dengan para penonton yang menginvasi tribun mereka. Annnouncer acara menyatakan pertandingan dipenuhi 85 ribu penonton. Melihat suasana Stadion, angka resmi tersebut sulit dipercaya.
Segi positifnya, masyarakat Indonesia memiliki antusiasme nomor satu soal sepakbola. Mungkin salah satu yang terbaik di Asia. Sayangnya, terkadang antusiasme itu dapat berubah sekejap menjadi aksi ketidaktertiban atau bahkan pengrusakan. Semuanya atas nama cinta kepada timnas Indonesia. Apalagi pengharapan muncul berkat penampilan apik Indonesia selama Piala AFF tahun ini. Harapan boleh membubung, tetapi dia tidak boleh membabi-buta.
Harapan tidak boleh membuat kita lupa, masih ada dua laga lagi yang harus dilewati untuk menjadi yang terbaik di turnamen ini. Sikap fokus selalu dijunjung pelatih Alfred Riedl dan diterapkan ke dalam tim. Dari sudut pandang pemain, seperti yang diungkapkan Firman Utina, totalitas menjadi sikap terpenting kedua.
"Saya yang tahu kondisi saya soal cedera. Pelatih bertanya [sebelum pertandingan melawan Filipina], apa saya siap bertanding. Saya bilang, saya selalu siap bertanding. Silakan perbuat apapun terhadap kaki saya, yang penting saya bisa bermain dan berjuang bersama anak-anak di atas lapangan," tukasnya.
Di final, Indonesia kembali bertemu dengan Malaysia, yang dilibas 5-1 pada laga pembuka babak penyisihan grup. Kini saatnya menyelesaikan apa yang diidam-idamkan masyarakat negeri ini: juara!
Harapan masyarakat Indonesia akan mulai mewujud enam hari lagi di Bukit Jalil.
source:http://www.goal.com/id-ID/news/2533/terbaik-terburuk/2010/12/20/2268792/terbaik-terburuk-indonesia-1-0-filipina
0 Responses So Far:
Sob,boleh gak kalo gw minta komentar kalian?