Kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) segera bergulir, 8 Januari mendatang. Mengusung perbaikan sepak bola Tanah Air, kompetisi sarat fair play menuju klub yang mandiri, siap digelar. “Kompetisi ini dijalankan untuk kemajuan sepak bola nasional. Kompetisi bakal menjunjung tinggi fair play, kemudian konsern terhadap pembinaan usia muda yang dibarengi dengan pengembangan sport sciene,” ujar Chairman LPI, Arifin Panigoro, di Jakarta, Rabu (22/12).
“LPI merupakan langkah awal menuju sepak bola yang profesional dan kemandirian. Kami ingin sepak bola Indonesia bangkit kembali dan bertahan selamanya. Selamat bertanding dan berlatih buat para klub,” tambah Arifin.
Sebanyak 19 klub ikut dalam ajang ini. Konsorsium memberikan sejumlah dana suntikan di awal sebagai “modal” untuk membangun sebuah klub yang kokoh. Penyelenggara yakin, hingga 7 tahun ke depan semua klub yang ikut sudah menjadi klub yang mandiri.
“Kami yakin kompetisi ini akan berjalan dengan baik, karena berlandaskan manajemen organisasi yang baik. Tujuan kami untuk merubah dan memajukan sepak bola nasional. Karena, bukan hanya kata saya, banyak orang menilai saat ini perlu adanya perbaikan,” ujar General ManajerLPI, Arya Abhiseka.
“Maaf saya tak bisa memberitahukan jumlah dana yang dikeluarkan. Namun yang pasti, kami bakal menjalankan kompetisi jangka panjang. Dalam satu tahun, sebanyak tiga sampai empat tim sudah fit. Dalam artian mampu membiayai dan menghasilkan dana sendiri. Dan pada kurun waktu tujuh tahun kedepan saya yakin semua tim sudah mandiri,” tambah Arya.
“Pemberian dana, antara klub satu dengan yang lain berbeda jumlahnya. Hal itu terjadi lantaran kekuatan dan materi yang dimiliki klub berbeda-beda. Biar enak, kalian tanya saja kepada pengurus klub,” terang Arya.
Namun biasanya, lanjut Arya, membangun sebuah klub membutuhkan biaya Rp 10 miliar sampai Rp 30 miliar. “Tapi, bukan berarti konsorsium memberikan dana sejumlah itu. Semua ada hitungannya, tergantung seberapa kebutuhan dan kekuatan klub,” pungkas Arya.
LPI sendiri akan dihelat pertamakalinya di Solo, awal tahun depan. Kendati masih ada pro dan kontra terkait statusnya, LPI tetap berupaya melakukan afiliasi dengan otoritas tertinggi sepak bola nasional (PSSI). Perangkat pertandingan, pelatih, dan pemain yang terlibat mendapat jaminan kontrak jangka panjang.
Klub dan pelatih LPI:
1. Aceh United. Pelatih: Lionel Charbonnier (Prancis)
2. Bali De Vata. Pelatih: Willy Scheepers (Belanda)
3. Bandung FC. Pelatih: Nandar Iskandar
4. Batavia Union. Pelatih: Roberto Bianchi (Brasil)
5. Bogor Raya. Pelatih: John Arwandy
6. Cendrawasih Papua. Pelatih: Uwe Erkebrecher (Jerman)
7. Jakarta 1928. Pelatih: Bambang Nurdiansyah
8. Kabau Padang. Pelatih: Divaldo Alves (Portugal)
9. Ksatria XI Solo. Pelatih: Branko Babic (Serbia)
10. Makassar City. Pelatih: Michael Feichtenbeiner (Jerman)
11. Manado United. Pelatih: Muhammad Al Hadad
12. Medan Bintang. Pelatih: Rene Van Eck (Belanda)
13. Medan Chiefs. Pelatih: Jorg Steinebruner (Jerman)
14. Persebaya. Pelatih: Aji Santoso
15. Persema, Timo Scheuneman (Jerman)
16. Persibo, Sartono Anwar
17. Real Mataram, Jose Basualdo (Argentina)
18. Semarang United, Edy Paryono
19. Tangerang Wolves, Paulo Camargo (Brasil)
Menuju Sepak Bola profesional dan Mandiri
Posted by Maulana Sp
2:31 AM, under |
0
komentar
0 Responses So Far:
Sob,boleh gak kalo gw minta komentar kalian?